PRAKTEK JARINGAN
KOMUNIKASI
TUGAS MATERIKULASI
OLEH
NAMA
|
:
|
ROBBY HAFANOS, S.IP
|
NIM
|
:
|
1200151
|
MATA KULIAH
|
:
|
PRAKTEK
JARINGAN KOMPUTER
|
DOSEN
|
:
|
YOSEFRIZAL M.Kom
|
KELAS
|
:
|
B
|
Variable-length Subnetting
Bahasan di atas merupakan sebuah contoh dari subnetting yang memiliki panjang tetap (fixed length subnetting),
yang akan menghasilkan beberapa subjaringan dengan jumlah host yang
sama. Meskipun demikian, dalam kenyataannya segmen jaringan tidaklah
seperti itu. Beberapa segmen jaringan membutuhkan lebih banyak alamat IP
dibandingkan lainnya, dan beberapa segmen jaringan membutuhkan lebih
sedikit alamat IP.
Jika proses subnetting yang menghasilkan beberapa subjaringan dengan
jumlah host yang sama telah dilakukan, maka ada kemungkinan di dalam
segmen-segmen jaringan tersebut memiliki alamat-alamat yang tidak
digunakan atau membutuhkan lebih banyak alamat. Karena itulah, dalam
kasus ini proses subnetting harus dilakukan berdasarkan segmen jaringan
yang dibutuhkan oleh jumlah host terbanyak. Untuk memaksimalkan
penggunaan ruangan alamat yang tetap, subnetting pun diaplikasikan
secara rekursif untuk membentuk beberapa subjaringan dengan ukuran
bervariasi, yang diturunkan dari network identifier yang sama. Teknik
subnetting seperti ini disebut juga variable-length subnetting.
Subjaringan-subjaringan yang dibuat dengan teknik ini menggunakan subnet
mask yang disebut sebagai Variable-length Subnet Mask (VLSM).
Karena semua subnet diturunkan dari network identifier yang sama,
jika subnet-subnet tersebut berurutan (kontigu subnet yang berada dalam
network identifier yang sama yang dapat saling berhubungan satu sama
lainnya), rute yang ditujukan ke subnet-subnet tersebut dapat diringkas
dengan menyingkat network identifier yang asli.
Teknik variable-length subnetting harus dilakukan secara hati-hati
sehingga subnet yang dibentuk pun unik, dan dengan menggunakan subnet
mask tersebut dapat dibedakan dengan subnet lainnya, meski berada dalam
network identifer asli yang sama. Kehati-hatian tersebut melibatkan
analisis yang lebih terhadap segmen-segmen jaringan yang akan menentukan
berapa banyak segmen yang akan dibuat dan berapa banyak jumlah host
dalam setiap segmennya.
Dengan menggunakan variable-length subnetting, teknik subnetting
dapat dilakukan secara rekursif: network identifier yang sebelumnya
telah di-subnet-kan, di-subnet-kan kembali. Ketika melakukannya, bit-bit
network identifier tersebut harus bersifat tetap dan subnetting pun
dilakukan dengan mengambil sisa dari bit-bit host.
Tentu saja, teknik ini pun membutuhkan protokol routing baru.
Protokol-protokol routing yang mendukung variable-length subnetting
adalah Routing Information Protocol (RIP) versi 2 (RIPv2), Open Shortest
Path First (OSPF), dan Border Gateway Protocol (BGP versi 4 (BGPv4).
Protokol RIP versi 1 yang lama, tidak mendukungya, sehingga jika ada
sebuah router yang hanya mendukung protokol tersebut, maka router
tersebut tidak dapat melakukan routing terhadap subnet yang dibagi
dengan menggunakan teknik variable-length subnet mask.
Tipe dari Subnetting
A. Static Subnetting
Suatu bentuk subnetting yang digunakan hanya untuk memperhatikkan terhadap class dari IP address. Contoh untuk jaringan class C
yang hanya memiliki 4 host digunakan subnetting 255.255.255.0. Dalama
penggunaan ini akan memudahkan karena apabila ada penambahan jumlah host
tidak perlu merubah subnetmasknya, karena akan membuat pemborosan
sebanyak 250 host IP. Cara perhitungan static subnetting sebagai berikut
:
Suatu jaringan dengan menggunakan class A, IP 10.252.102.23
00001010 11111100 01100110 00010111 Alamat 32 bit
10 252 102 23 Alamat desimal
10 252 102 23 Alamat desimal
Artinya 10 sebagai alamat network dan 252.102.23 sebagai alamat host.
kemudian menetukan bahhwa bit 8 sampai bit ke-24 merupakan alamat subnet. Artinya menggunakan
subnetmask 255.255.255.0 (11111111 1111111 11111111 00000000 dalam notasi bit).Dengan aturan bit 0 dan 1 maka jaringan tersebut memiliki 65534 subnet dengan masing-masing subnet memiliki jumlah host
maksimal sebanyak 254 host.
kemudian menetukan bahhwa bit 8 sampai bit ke-24 merupakan alamat subnet. Artinya menggunakan
subnetmask 255.255.255.0 (11111111 1111111 11111111 00000000 dalam notasi bit).Dengan aturan bit 0 dan 1 maka jaringan tersebut memiliki 65534 subnet dengan masing-masing subnet memiliki jumlah host
maksimal sebanyak 254 host.
B. VLSM Subnetting
VLSM merupakan bentuk
lain dari tehnik subnetting akan tetapi pada subnetting ini yang
digunakan bukan berdasarkan jumlah banyak IP dalam satu subnet/class
melainkan banyak host yang ingin dibuat. Hal ini akan membuat semakin
banyak jaringan yang dapat dipisahkan pada suatu subnet maupun class.
Sebagai contoh, suatu jaringan menggunakan class C dengan IP address 192.168.32.0. Jaringan tersebut ingin membagi jaringannya menjadi 5 subnet dengan rincian sebagai berikut :
- Subnet #1 : 50 host
- Subnet #2 : 50 host
- Subnet #3 : 50 host
- Subnet #4 : 30 host
- Subnet #5 : 30 host
Rincian diatas tidak akan tercapai
apabila menggunakan static subnetting. Untuk hal tersebut apabila
menggunakan subnetting 255.255.255.192 maka hanya terdapat 4 subnet
dengan tiap-tiap subnet memiliki 64 host, akan tetapi untuk kasus ini
dibutuhkan 5 subnet. Dan apabila menggunakan subnet 255.255.255.224
mungkin bisa 8 subnet tetapi tiap subnetnya hanya memiliki jumlah host
maksimal 32 host, padahal kita butuh 50 host dalam satu subnet.
Untuk itu digunakan VLSM untuk membagi
subnet menjadi 4 subnet dengan menggunakan 255.255.255.192 dan subnet
yang terakhir dibagi lagi dengan menggunakan subnet 255.255.255.224.
Sehingga akan diperoleh 5 subnet dengan subnet pertama sampai ketiga
maksimal 64 host dan subnet empat sampai lima maksimal 32 host. Teknik VLSM ini akan dapat mengurangi beban atau pemborosan IP pada suatu perusahan atau gedung yang akan membangun suatu jaringan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar