Rabu, 01 Agustus 2012

Tugas Praktek Jarkom (Variable-length Subnetting)

PRAKTEK JARINGAN KOMUNIKASI
TUGAS MATERIKULASI
OLEH
NAMA
:
ROBBY HAFANOS, S.IP
NIM
:
1200151
MATA KULIAH
:
PRAKTEK JARINGAN KOMPUTER
DOSEN
:
YOSEFRIZAL M.Kom
KELAS
:
B

Variable-length Subnetting

Bahasan di atas merupakan sebuah contoh dari subnetting yang memiliki panjang tetap (fixed length subnetting), yang akan menghasilkan beberapa subjaringan dengan jumlah host yang sama. Meskipun demikian, dalam kenyataannya segmen jaringan tidaklah seperti itu. Beberapa segmen jaringan membutuhkan lebih banyak alamat IP dibandingkan lainnya, dan beberapa segmen jaringan membutuhkan lebih sedikit alamat IP.
Jika proses subnetting yang menghasilkan beberapa subjaringan dengan jumlah host yang sama telah dilakukan, maka ada kemungkinan di dalam segmen-segmen jaringan tersebut memiliki alamat-alamat yang tidak digunakan atau membutuhkan lebih banyak alamat. Karena itulah, dalam kasus ini proses subnetting harus dilakukan berdasarkan segmen jaringan yang dibutuhkan oleh jumlah host terbanyak. Untuk memaksimalkan penggunaan ruangan alamat yang tetap, subnetting pun diaplikasikan secara rekursif untuk membentuk beberapa subjaringan dengan ukuran bervariasi, yang diturunkan dari network identifier yang sama. Teknik subnetting seperti ini disebut juga variable-length subnetting. Subjaringan-subjaringan yang dibuat dengan teknik ini menggunakan subnet mask yang disebut sebagai Variable-length Subnet Mask (VLSM).
Karena semua subnet diturunkan dari network identifier yang sama, jika subnet-subnet tersebut berurutan (kontigu subnet yang berada dalam network identifier yang sama yang dapat saling berhubungan satu sama lainnya), rute yang ditujukan ke subnet-subnet tersebut dapat diringkas dengan menyingkat network identifier yang asli.
Teknik variable-length subnetting harus dilakukan secara hati-hati sehingga subnet yang dibentuk pun unik, dan dengan menggunakan subnet mask tersebut dapat dibedakan dengan subnet lainnya, meski berada dalam network identifer asli yang sama. Kehati-hatian tersebut melibatkan analisis yang lebih terhadap segmen-segmen jaringan yang akan menentukan berapa banyak segmen yang akan dibuat dan berapa banyak jumlah host dalam setiap segmennya.
Dengan menggunakan variable-length subnetting, teknik subnetting dapat dilakukan secara rekursif: network identifier yang sebelumnya telah di-subnet-kan, di-subnet-kan kembali. Ketika melakukannya, bit-bit network identifier tersebut harus bersifat tetap dan subnetting pun dilakukan dengan mengambil sisa dari bit-bit host.
Tentu saja, teknik ini pun membutuhkan protokol routing baru. Protokol-protokol routing yang mendukung variable-length subnetting adalah Routing Information Protocol (RIP) versi 2 (RIPv2), Open Shortest Path First (OSPF), dan Border Gateway Protocol (BGP versi 4 (BGPv4). Protokol RIP versi 1 yang lama, tidak mendukungya, sehingga jika ada sebuah router yang hanya mendukung protokol tersebut, maka router tersebut tidak dapat melakukan routing terhadap subnet yang dibagi dengan menggunakan teknik variable-length subnet mask.

Tipe dari Subnetting
A. Static Subnetting
Suatu bentuk subnetting yang digunakan hanya untuk memperhatikkan terhadap class dari IP address. Contoh untuk jaringan class C yang hanya memiliki 4 host digunakan subnetting 255.255.255.0. Dalama penggunaan ini akan memudahkan karena apabila ada penambahan jumlah host tidak perlu merubah subnetmasknya, karena akan membuat pemborosan sebanyak 250 host IP. Cara perhitungan static subnetting sebagai berikut :
Suatu jaringan dengan menggunakan class A, IP 10.252.102.23
00001010 11111100 01100110 00010111     Alamat 32 bit
10        252      102       23       Alamat desimal
Artinya 10 sebagai alamat network dan 252.102.23 sebagai alamat host.
kemudian menetukan bahhwa bit 8 sampai bit ke-24 merupakan alamat subnet. Artinya menggunakan
subnetmask 255.255.255.0 (11111111 1111111 11111111 00000000 dalam notasi bit).Dengan aturan bit 0 dan 1 maka jaringan tersebut memiliki 65534 subnet dengan masing-masing subnet memiliki jumlah host
maksimal sebanyak 254 host.
B. VLSM Subnetting
VLSM merupakan bentuk lain dari tehnik subnetting akan tetapi pada subnetting ini yang digunakan bukan berdasarkan jumlah banyak IP dalam satu subnet/class melainkan banyak host yang ingin dibuat. Hal ini akan membuat semakin banyak jaringan yang dapat dipisahkan pada suatu subnet maupun class.
Sebagai contoh, suatu jaringan menggunakan class C dengan IP address 192.168.32.0. Jaringan tersebut ingin membagi jaringannya menjadi 5 subnet dengan rincian sebagai berikut :
  • Subnet #1 : 50 host
  • Subnet #2 : 50 host
  • Subnet #3 : 50 host
  • Subnet #4 : 30 host
  • Subnet #5 : 30 host
Rincian diatas tidak akan tercapai apabila menggunakan static subnetting. Untuk hal tersebut apabila menggunakan subnetting 255.255.255.192 maka hanya terdapat 4 subnet dengan tiap-tiap subnet memiliki 64 host, akan tetapi untuk kasus ini dibutuhkan 5 subnet. Dan apabila menggunakan subnet 255.255.255.224 mungkin bisa 8 subnet tetapi tiap subnetnya hanya memiliki jumlah host maksimal 32 host, padahal kita butuh 50 host dalam satu subnet.
Untuk itu digunakan VLSM untuk membagi subnet menjadi 4 subnet dengan menggunakan 255.255.255.192 dan subnet yang terakhir dibagi lagi dengan menggunakan subnet 255.255.255.224. Sehingga akan diperoleh 5 subnet dengan subnet pertama sampai ketiga maksimal 64 host dan subnet empat sampai lima maksimal 32 host. Teknik VLSM ini akan dapat mengurangi beban atau pemborosan IP pada suatu perusahan atau gedung yang akan membangun suatu jaringan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar